MAKALAH ETNOSENTRISME BERLEBIHAN


ETNOSENTRISME BERLEBIHAN PENYEBAB KONFLIK ANTAR SUKU
ILMU SENI DAN BUDAYA

DISUSUN OLEH :
1.      Awang Bagus Pambudi (G211.12.0111)
2.      Intan Syifa F(G.211.12.0112)
3.      M. Ronggo Winoto Noto Saputro  (G.211.12.0115)
4.      Nuhan Hardiansyah (G.211.12.0094)

        PROGAM STUDI TEKNK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI IFORMASI DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2012/2013




KATA PENGANTAR
Asslamu’aikum Wr.Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Etnosentrisme pada Konflik Antar Suku di Indonesia”.
Makalah ini berisi tentang semua hal yang berkaitan tentang Pengaruh Etnosentrisme pada Konflik antar Suku  mulai dari penyebab konflik antar suku di Indonesia ,Dampak konflik antar suku di Indonesia  , Solusi dari konflik antar suku di Indonesia ,serta contoh konflik konflik antar suku di Indonesia.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penyusun sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

i



DAFTAR ISI


kata pengantar ............................................................................................................i
daftar isi ......................................................................................................................ii
BAB 1(PENDAHULUAN).........................................................................................1
1.1 latar belakang.................................................................................................................................................2
1.2 rumusan masalah ..........................................................................................................................................2
1.3 tujuan penulisan ...........................................................................................................................................3
BAB 2 (PEMBAHASAN) ..................................................................................................................................4
2.1faktor faktor penyebab konflik di indonesia ..............................................................................................4
2.2 solusi dari konflik antar suku di indonesia ................................................................................................4
2.3 dampak konflik antar suku di indonesia .....................................................................................................6
2.4 contoh konflik antar suku yang pernah terjadi di indonesia ...................................................................7
2.4.1 kerusuhan sampit ..............................................................................................................................7
 BAB 3 (KESIMPULAN)............................................................................................................................8
dafrat isi .......................................................................................................................................................9


ii



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sikap etnosentrisme adalah  sikap yang menggunakan pandangan dan cara hidup dari sudut pandangnya sebagai tolok ukur untuk menilai kelompok lain.
Apabila tidak dikelola dengan baik, perbedaan budaya dan adat istiadat antarkelompok masyarakat tersebut akan menimbulkan konflik antar suku akibat adanya sikap etnosentrisme. Sikap tersebut timbul karena adanya anggapan suatu kelompok masyarakat bahwa mereka memiliki pandangan hidup dan sistem nilai yang berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya.
Sedangkan Konflik berasal dari bahasa Latin yaitu ‘com’ artinya bersama-sama, dan ‘fligere’ yang artinya menyerang. Dengan kata lain diartikan sebagai “bersama-sama (saling) menyerang”. Konflik pada kenyataannya merupakan suatu hal yang terjadi apabila ada dua atau lebih kepentingan yang saling berbenturan dalam pencapaian tujuan masing-masing. Keadaan perbenturan ini dapat dinyatakan secara terbuka (eksplisit) maupun secara terselubung (implisit). Olsen (1978, dalam Sunarwinadi, 1999) menyatakan bahwa konflik terjadi dari sumber experssive atau instrumental. Expressive conflicts berasal dari keinginan untuk melepaskan ketegangan, biasanya berasal dari perasaan bermusuhan. Instrumental conflicts sebaliknya, berasal dari tujuan atau praktek yang berbeda.
Indonesia merupakan negara paling  rawan terjadi konflik antar suku karena indonesia terdiri dari banyak pulau dan setiap pulau memiliki tradisi atau adat dari suku yang berbeda beda. Negara ini tumbuh dengan segala perbedaan yang ada. Oleh karena hal ini, Indonesia mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang mempunyai arti “Berbeda-beda tetapi tetap satu jua”. Adanya semboyan ini diharapkan banyaknya keberagaman diantara masyarakat tetap terjaga dengan keadaan yang harmonis,saling menghargai akan perbedaan yang ada untuk saling hidup berdampingan secara damai.
Selain “Bhineka Tunggal Ika” Pancasila juga merupakan sebuah ideologi bangsa yang menginginkan adanya kehidupan damai di tengah kemajemukan yang ada. Sila persatuan dan kesatuan  sangat jelas berharapan untuk tidak menciptakan suatu perpecahan di dalam masyarakat yang mempunyai beragam perbedaan.
Walaupun negara ini sudah mempunyai semboyan “Bhineka Tunggal Ika“ dan sebuah ideologi yaitu Persatuan Indonesia yang tercantum dalam pancasila sila ke tiga, negara ini masih dilanda konflik antar suku yang tiada hentinya .etnosentrisme yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab konflik antar suku.
Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang konflik antar suku lebih dalam agar pembaca mengerti kenapa konflik terjadi bagaimana cara mengatasinya dan semua itu akan membuat pembaca menjadi lebih cerdas dan berwawasan.
1


1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalh ini adalah :
1.      Apa saja faktor-faktor penyebab konflik antar suku yang sering terjadi di Indonesia?
2.      Bagaimana Solusi dari konflik antar Etnis di Indonesia?
3.      Apa dampak dari konflik antar suku Indonesia?
4.      Apa saja contoh konflik yang terjadi di Indonesia?

1.3. Tujuan Makalah
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya tulis ini adalah untuk:
1.    Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab konflik antar suku sering terjadi di Indonesia
2.    Dapat mengetahui Solusi dari konflik antar Etnis di Indonesia.
3.    Dampak dari konflik antar suku di Indonesia
4.    Dapat mengetahui konflik yang pernah terjadi di Indonesia












2


BAB 2
PEMBAHASAN
2.1   Faktor-Faktor Penyebab Konflik di Indonesia
Menurut J. Ranjabar hal-hal yang menyebabkan terjadinya konflik pada masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut :
1.      Apabila terjadi dominasi suatu kelompok terhadap kelompok lain.
2.      Apabila terdapat persaingan dalam mendapatkan mata pencaharian hidup antara kelompok yang berlainan suku bangsa
3.      Terjadi pemaksaan unsur-unsur kebudayaan dari warga sebuah suku terhadap warga suku bangsa lain
4.      Terdapat potensi konflik yang terpendam, yang telah bermusuhan secara adat.

2.2   Solusi dari Koflik antar Etnis di Indonesia
Dalam  mengatasi dan menyelesaikan suatu  konflik bukanlah suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik yang muncul. Penyelesaian persoalan dengan pemaksaan sepihak oleh pihak yang merasa lebih kuat, apalagi apabila di sini digunakan tindakan kekerasan fisik, bukanlah cara yang demokratik dan beradab.  Inilah yang dinamakan “main hakim sendiri”, yang hanya menyebabkan terjadinya bentrokan yang destruktif.  Cara yang lebih demokratik demi tercegahnya perpecahan, dan penindasan atas yang lemah oleh yang lebih kuat, adalah cara penyelesaian yang berangkat dari niat untuk take a little and give a little, didasari itikat baik untuk berkompromi.  Musyawarah untuk mupakat, yang ditempuh dan dicapai lewat negosiasi atau mediasi, atau lewat proses yudisial dengan merujuk ke kaidah perundang-undangan yang telah disepakati pada tingkat nasional, adalah cara yang baik pula untuk mentoleransi terjadinya konflik, namun konflik yang tetap dapat dikontrol dan diatasi lewat mekanisme yang akan mencegah terjadinya akibat yang merugikan kelestarian kehidupan yang tenteram.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik tersebut, yaitu
1.       Memberikan Toleransi yang tinggi terhadap kebudayaan yang berbeda dengan  kebudayaan kita
2.      Menghargai suku,agama,dan ras yang berbeda
3.      Jika permasalahnnya karena miss communication bisa dengan mengadakan mediasi antar kepala suku atau kepala daerah
4.      Pemerintah harus lebih telaten dalam mengurusi masalah-masalah yang ada di sudut-sudut Negara, jangan hanya terpaku pada ibu kota saja
5.      Pemerintah harus lebih peka dan adil dalam pembuatan peraturan-peraturan agar tidak ada yang merasa di anak tirikan dan merasa tidak di perdulikan oleh pemerintah.
6.      Perbaikan pada manajemen konflik agar mampu mengurangi konflik yang terjadi antara kelompok minoritas dengan minoritas maupun antara kelompok minoritas dengan mayoritas. Misalnya di adakan manajemen konflik pada suku dayak dan suku Madura yang merupakan kelompok mayoritas, sehingga suku dayak tidak merasa di diskriminasikan.
7.      Diadakannya pendidikan multikultural sebagai pengembangan pola positif masyarakat pada masyarakat sampit dan Madura
8.      Mengenali dan mencintai budaya lain dengan pengenalan budaya seperti misalnya suku Madura di pertunjukan tari-tarian suku dayak agar kedua suku tersebut bisa memiliki simpati satu sama lain.

2.3   Dampak Konflik Antar Suku di Indonesia
Walaupun konflik selalu terlihat buruk di mata kita tapi ternyata konflik tidak selamanya hanya mempunyai dampak negatif saja tapi konflik juga mempunyai dampak positifnya dan dampak konflik antar suku sangat besar. 
Adapun dampak positif dari konflik antar suku adalah sebagai berikut:
  1. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas. 
  2. Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 
  3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok. 
  4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok. 
5.      Konflik dapat memunculkan kompromi baru.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik sosial adalah sebagai berikut:
1.      Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok. 
  1. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa. 
  2. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian. 
  3. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.


2.4   Contoh Konflik Antar Suku yang Pernah Terjadi di Indonesia
2.4.1  Konflik Sampit
konflik yang ada di sampit Terjadi dua kali kerusuhan berskala besar antara suku Dayak dan Madura, yaitu peristiwa sampit (2001), dan Senggau Ledo (1996). Kedua kerusuhan ini merembet ke hampir semua wilayah Kalimantan dan berakhir dengan pengusiran dan pengungsian ribuan warga Madura, dengan jumlah korban hingga mencapai 500-an orang. Perang antar suku ini menjadi masalah sosial yang me-nasional.
Ada empat hal yang menjadi penyebab terjadinya perang suku antara suku Dayak dan suku Madura :
1.    Perbedaan antara dayak-madura
Perbedaan budaya jelas menjadi alasan mendasar ketika perang antar suku terjadi. Masalahnya sangat sederhana, tetapi ketika sudah berkaitan dengan kebudayaan, maka hal tersebut juga berkaitan dengan kebiasaan.Misalnya permasalahan senjata tajam. Bagi suku dayak, senjata tajam sangat dilarang keras dibawa ketempat umum. Orang yang membawa senjata tajam kerumah orang lain, walaupun bermaksud bertamu, dianggap sebagai ancaman atau ajakan berduel. Lain halnya dengan budaya suku madura yang biasa menyelipkan senjata tajam kemana-mana dan dianggap biasa ditanah kelahirannya.
Bagi suku dayak, senjata tajam bukan untuk menciderai orang. Bila hal ini terjadi, pelakunya harus dikenai hukuman adat pati nyawa (bila korban cidera) dan hukum adat pemampul darah (bila korban tewas). Namun, bila dilakukan berulang kali, masalahnya berubah menjadi masalah adat karena dianggap sebagai pelecehan terhadap adat sehingga simbol adat “mangkok merah” (Dayak Kenayan) atau “Bungai jarau” (Dayak Iban) akan segera berlaku. Dan itulah yang terjadi dicerita perang antar suku Dayak-Madura.
2.    Perilaku yang tidak menyenangkan
Bagi suku Dayak, mencuri barang orang lain dalam jumlah besar adalah tabu karena menurut mereka barang dan pemiliknya telah menyatu; ibarat jiwa dan badan. Bila dilanggar, pemilik barang akan sakit. Bahkan, bisa meninggal. Sementara orang madura sering kali terlibat pencurian dengan korbannya dari suku dayak. Pencurian yang dilakukan inilah yang menjadi pemicu pecahnya perang antara suku dayak dan madura.
3.    Pinjam meminjam tanah
Adat suku dayak membolehkan pinjam meminjam tanah tanpa pamrih. Hanya dengan kepercayaan lisan, orang madura diperbolehkan menggarap tanah orang dayak. Namun, persoalan timbul saat tanah tersebut diminta kembali. Seringkali orang madura menolak mengembalikan tanah pinjaman tersebut dengan alasan merekalah yang telah menggarap selama ini.Dalam hukum adat Dayak, hal ini disebut balang semaya (ingkar janji) yang harus dibalas dengan kekerasan. Perang antar suku Dayak dan Madura pun tidak dapat dihindarkan lagi.
4.    Ikrar perdamaian yang dilanggar
Dalam tradisi masyarakat Dayak, ikrar perdamaian harus bersifat abadi. Pelanggaran akan dianggap sebagai pelecehan adat sekaligus pernyataan permusuhan. sementara orang Madura telah beberapa kali melanggar ikrar perdamaian. Dan lagi-lagi hal tersebutlah yang memicu perang antar suku tersebut.

BAB 3
PENUTUP
3.1   Kesimpulan
Konflik antar suku di indonesia kemungkinan masih akan terus terjadi karena etnosentrisme diperkecil indonesia ini yang tidak dapat dihliangkan tapi setidaknya konflik antar suku ini dapat dp dapat diperkecil apabila masyarakat Indonesia menerapkan dengan benar dalam kehidupan bermasyarakat Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti Berbeda-beda tetapi tetap satu jua kemudian juga menerapkan ideologi persatuan dan kesatuan indonesia dengan itu kemungkinan terjadinya konflik antar suku di indonesia sangat kecil karena masyarakat bisa bersatu, dan saling menghargai.



                                               







DAFTAR ISI

rikimaulana23.blogspot.com/2013/01/prasangka-diskriminasi-dan.html












Komentar

Postingan Populer